Bukan aku yang mencarimu, Bukan pula kamu yang mencariku tapi Allah lah yang mempertemukan dua hati yang berbeda atas nama cinta

Jumat, 13 Juli 2012

Jiwa-Jiwa Merdeka di Penjara Raksasa

 oleh: Tim Relawan Gaza

Sudah lima tahun ini Jalur Gaza dikepung. Makanan sulit. Harga BBM selangit. Obat-obatan habis. Listrik sekarat. Air beracun. Rumah sakit kritis. Masjid, rumah, dan sekolah dibom. Orang-orang mati di perbatasan karena dilarang berobat ke luar Gaza.
Mesir belum membuka total pintu Rafah karena masih terikat janji “damai” dengan Zionis Israel.
Sejak 2005, Jalur Gaza satu-satunya wilayah Palestina yang merdeka. Ruh Ibadah, ruh Al-Quran, dan ruh Jihad yang telah mengantarkan kemerdekaan Gaza tidak boleh menyebar ke wilayah lain. Karena itu Gaza dikepung, diteror, diserang, kalau perlu dihabisi.
Dalam suasana itulah misi “Amanah Indonesia untuk Gaza dan Al-Aqsha” diluncurkan oleh Sahabat Al-Aqsha, jaringan silaturrahim keluarga Indonesia-Palestina. Dengan izin Allah kami berangkat ke Jalur Gaza.
Seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri Palestina di Gaza yang menjemput kami di perbatasan berkata, “Kami sudah menunggu kalian sejak dua tahun yang lalu.”
Ya, tepat dua tahun yang lalu dua relawan Sahabat Al-Aqsha, bersama sepuluh relawan Indonesia lainnya, bersama sekitar 600-an relawan dari 32 negara hampir sampai ke pantai Gaza. Tapi terhambat.
Allah mentakdirkan mereka semua yang tergabung dalam Armada Kebebasan (Freedom Flotilla) yang dipimpin kapal Mavi Marmara, tidak sampai ke Gaza. Subuh, 31 Mei 2010, kapal-kapal itu diserang dan dibajak, dibunuhi, diborgol, dijemur setengah hari di bawah terik mentari Laut Tengah, lalu digiring ke Ashdod, dinterograsi, lalu dipenjara.
Namun apa yang dialami oleh ratusan relawan itu, tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang dialami rakyat Gaza.
Kami menyaksikan sendiri, rakyat Gaza praktis hidup di dalam sebuah penjara raksasa. Wilayah seluas 360 kilometer per segi itu (kira-kira sebesar Jakarta Pusat) dikepung dengan tembok setinggi 8-10 meter, atau pagar listrik bertegangan mematikan, diawasi menara-menara di mana para penembak jitu (sniper).
Para petaninya bekerja setiap hari di bawah bidikan para penembak itu. Para nelayannya diteror agar tidak melaut lebih dari 3 mil dari garis pantai (sekitar 4,8 kilometer). Tak ada tangkapan ikan yang cukup layak dimakan rakyat Gaza. Bahkan untuk 50 ribu anggota keluarga nelayan pun tak cukup.
Beberapa kali dalam kunjungan di tempat-tempat dekat perbatasan, pesawat-pesawat pengintai tanpa awak (drone) milik Zionis Israel melayang-layang di atas kepala kami. Menurut informasi, sesekali pesawat semacam itupun menjatuhkan bom, membunuh dan melukai warga Gaza. Seenaknya saja.
Madrasah Raksasa
Tetapi, sesudah lima tahun dikepung oleh musuh Islam dan umat Islam, nampaknya rakyat dan para pemimpin Gaza lulus ujian. Penjara raksasa yang mengepung mereka sekarang pun sudah menjadi madrasah raksasa.
“Jalur Gaza adalah madrasah raksasa untuk kami,” kata Ummu Bilal, seorang ibu dari enam anak yang suaminya seorang pejabat tinggi di pemerintahan di bawah Perdana Menteri Ismail Haniyah.
Madrasah raksasa itu telah melahirkan jenis manusia yang cinta solat berjamaah luar biasa. Bahkan mereka tetap solat di masjid yang sudah hancur dan belum mampu dibangun kembali.
Manusia-manusia yang cinta Al-Quran sehingga setiap tahun melahirkan ribuan huffazh Al-Quran. Tim Relawan Sahabat Al-Aqsha menjumpai anak-anak yang sangat menikmati menghafal Al-Quran, sampai bisa menuntaskan hafalannya dalam waktu 60 hari.
Manusia-manusia yang taat kepada Allah dan tidak takut kecuali kepada Allah. Kami bertanya kepada seorang kakek berusia 83 tahun bernama Muhammad, bagaimana rasanya hidup di dalam kepungan Zionis Israel. Ia menjawab dengan logat Gaza yang sangat kental, hanya pas diterjemahkan dengan logat Betawi.
“Engkong, gimane rasanye hidup dikepung Israel?”
Siape nyang dikepung?! Kite makan enak, tidur nyenyak... Kagak suseh... Itu tuh, Zionis yang pusing mikirin kite, sampe pade suseh tidur!! Jadi siape yang dikepung coba?!”
Engkong Muhammad masih sesekali ikut ribath menjaga perbatasan Utara Gaza, menyandang senapan AK-47.
Bukan hanya yang sudah berusia senja, Alaa’, 15 tahun, salah satu remaja yang selesai menghafal Al-Quran dalam waktu 60 hari pun dimatangkan akal dan hatinya oleh kepungan ini.
Waktu kami mewawancarainya, pertanyaan ditutup dengan sebuah tawaran menarik. “Alaa’, kalau kami ingin mengundang kamu, kamu boleh memilih negara mana saja di seluruh dunia yang paling ingin kami kunjungi. Boleh di Eropa, Amerika, Asia, Australia, mana saja silakan...”
Jawaban remaja murah senyum itu sangat cepat, “Aku nggak kepingin kemana-mana sebelum ikut membebaskan Masjidil Aqsha. Solat berjama’ah di dalamnya sesudah merdeka, baru habis itu aku pergi haji...”
Sejak Agustus 2005, Jalur Gaza bersih dari tentara Zionis Israel. Meskipun dikepung, Gaza adalah harapan.
“Hari ini Gaza telah merdeka, besok Masjidil Aqsha akan merdeka, dan seluruh tanah suci Palestina akan merdeka,” demikianlah syiar yang selalu disampaikan rakyat Gaza yang kami jumpai.
Susah, tapi Sabar dan Berani
Beberapa menit sesudah melewati pintu perbatasan, hari masih sore, mobil yang menjemput Tim Sahabat Al-Aqsha berhenti di sebuah bundaran di kota Rafah (di sisi Gaza. Rafah terbagi dua, sisi Mesir dan sisi Gaza).
-------------------------------------cut-----------------------------------
Mencari Ikan di Laut Sendiri, Ditembaki, Dirampas, Ditangkap, Dibunuh…
Para nelayan termasuk lapisan rakyat yang paling berat menjalani akibat pengepungan yang sudah berlangsung lima tahun atas Gaza ini. Bukan saja penghasilannya untuk hidup sehari-hari semakin tipis, nyawa mereka pun selalu terancam oleh kejahatan angkatan bajak laut Israel.
Dengan izin Allah, Tim Sahabat Al-Aqsha sempat melaut bersama dua orang nelayan ke lepas pantai yang sedang dikepung itu. Salah satu nelayan itu bernama Amjad Asy-Syirafi, Ketua Persatuan Nelayan Palestina yang beranggotakan 3.700-an orang nelayan.
Pria berusia 40 tahun itu menjelaskan, “Tiga tahun terakhir ini, pengepungan bertambah parah.” Menurut Amjad, dalam kurun waktu tersebut, angkatan bajak laut Israel tak henti-hentinya mengganggu para nelayan yang mencari ikan untuk penghidupan istri dan anak-anaknya.
-------------------------------------cut-----------------------------------
Mengunjungi Petani di Zona Ungu
Bagaimana rasanya saban hari bekerja keras di ladang sambil dibidik penembak jitu (sniper) Zionis Israel? Bukan cuma para lelaki dewasa, bahkan anak-anak dan perempuan pun tak luput dari teror ini.
-------------------------------------cut-----------------------------------
Gush Katif: Contoh Sempurna Sebuah Futuhat
Apa yang akan dilakukan para Mujahidin Palestina kalau seluruh wilayah tanah suci ini berhasil dibebaskan (futuh) dari penjajahan?
-------------------------------------cut-----------------------------------
Amanah-amanah Kemanusiaan Sahabat Al-Aqsha di Gaza
Amanah yang sudah ditunaikan:
·         Sumur-sumur Air Minum di tiga titik (masing-masing titik menyediakan air bersih untuk kurang lebih 2000 jiwa)
·         TK Bintang Al-Quran di Jabaliya Al-Balad (memberikan pendidikan gratis untuk 130 anak yatim, fuqara, dan miskin)
·         Bantuan operasional untuk Baitul Quran ZAINAB dari Ibunya Zainab, warga Pekanbaru, yang berlokasi di Gaza Utara (telah sejak lima tahun lalu menghasilkan ratusan huffazh Al-Quran; kini memiliki murid 42 orang putri)
\\r\\n
·         Bantuan Operasional Baitul Quran DAFFA (putra) dari Ayahnya Daffa, warga Depok
·         Iftar Ramadhan dan hewan qurban sejak 2008 (bagian dari rangkaian proyek Iftar Ramadhan dan Qurban di Syria, Gaza, dan Masjdil Aqsha)
·         Beasiswa untuk 30 orang mahasiswa kedokteran Gaza di Sudan (sudah diserahkan bantuan untuk beasiswa sampai bulan April 2012)
Yang sedang ditunaikan dan akan ditindaklanjuti:
·         Bantuan Tahun Kedua Operasional TK Bintang Al-Quran di Jabaliya Al-Balad (mulai September 2012)
·         Bantuan Tahap Kedua Beasiswa untuk 30 orang mahasiswa kedokteran Gaza di Sudan (mulai Mei 2012)
·         Bantuan Renovasi dan Operasional untuk SD-SMP Syar’iyah di kamp pengungsi Daril Balah, Gaza Barat (2012-2013)
·         Bantuan operasional dan perlengkapan klinik ibu dan anak di salah satu rumah sakit di Jalur Gaza (komitmen Rumah Sakit Ibu dan Anak ZAINAB, Pekanbaru)
·         Bantuan pembelian mobil bekas untuk antar jemput murid TK Bintang Al-Quran
·         Iftar Ramadhan dan hewan qurban sejak 2008 (bagian dari rangkaian proyek Iftar Ramadhan dan Qurban di Syria, Gaza, dan Masjdil Aqsha).

“Siapa yang mengurusi keluarga para Mujahidin dengan sebaik-baiknya,
maka sungguh ia juga (dianggap) berjihad.”
\\r\\n
Hadits Rasulullah Sallallahu ‘alayhi wa sallam
diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari

Jazakumullah Hidayatullah

Nur Kaffah 

0 komentar:

Posting Komentar

linkWith

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...