Bukan aku yang mencarimu, Bukan pula kamu yang mencariku tapi Allah lah yang mempertemukan dua hati yang berbeda atas nama cinta

Minggu, 25 Maret 2012

Ukhuwwah Yang dirindukan

Saudaraku,
Kapan kita kan kembali berjabat mesra
Bila kepongahan dan keangkuhan
Semakin hari kian menggila?
Bila nafsu untuk menguasai,
Menghancurkandan merendahkan
Begitu menggebu dan kian rakusnya? 

Saudaraku,
Kapan kita kan berpeluk sayang
Bila senyuman dan manisnya kata-katahanya fatamorgana?
Bila tangan lebih suka berkubang dalam kotoran
dan amisnya darah
Mencekik dan menyantap bangkai sesama dan menghalalkan segala cara? 

Saudaraku,
Kapan musuhkan gemetar melihat kita
Bila kita masih terburai tak tahu bagiannya
Masing-masing berebut segala corak dan bentuk
berhala dunia?
Bila tujuan tak lagi mulia
Mengharap status dan kehormatan semata? 

Saudaraku,
Lupakan segala kepongahan dan kengkuhan!
Kita berada bukan untuk apa-apa
hanya mengabdi kepadaNYA! 

Saudaraku,
Rangkul aku dalam mesramu
Jabat erat tangankudengan segenap cintamu
Biarkan kita melebur dan menyatu
Hingga musuh tak lagi kuasa
Menyuntikkan nafsu yang meraja
Wahai Sang Penggenggam Alam Semesta
Hanya kepadaMU kami mengadu
Hanya Engkau yang Maha Perkasa
Hamba memohon yaitu
Satukan hati kami dalam ukhuwah yang disinari oleh Iman dan islam.

pesan: coba sekali lagi kita lihat dan renungi kembali apa arti hidup ini tanpa ukhuwah pasti akan terasa semu maka dari itulah marilah kita rentangkan tangan untuk berjabat dan merangkul mesra saudara-saudara kita dan membuang keangkuhan dan kesombongan dalam diri ini agar musuh-musuh islam gentar dalam melihat indahnya tali persaudaraan yang disatukan oleh kekasih sejati dan abadi kita ALLAH SWT, ana rasa ini cuma sedikit pesan yang ana ungkapkan dan kalau ada kata ana yang khilaf tolong dimaafkan.
wallahu a'lam bish shawab.
 
Nur Kaffah


Sabtu, 24 Maret 2012

Perbedaan Ta'aruf dan Pacaran

Assalamualikum???
Kali ini ana akan berbagi dengan ikhwatul iman sekaligus menjawab share al akh yang berulang kali bertanya mengenai hal ini berulang kali juga ana cuekin(^__^ maafin yo)
inilah argumen ana,yang mungkin ikhwah pernah membaca,mendengar dsb,dan seperti yg al akh katakan kebanyakan jawaban yg keluar dari argumen mereka mencirikan pribadi mereka,dan inilah ana
makna ta'aruf yang sebenarnya adalah berkenalan.Pada beberapa tahun terakhir ini, ada gejala pergeseran makna taaruf. Ada kecenderungan, taaruf tidak lagi diartikan menurut makna asli yang terkandung dalam Al-Quran, surah al-Hujurât [49], ayat 13: “Hai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku li ta‘ârafû (supaya kamu saling kenal). …. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Istilah Lain Yang Lebih Tepat
Di kitab Abdul Halim Abu Syuqqah, Tahrîr al-Mar’at (kitab ini menghimpun hadits-hadits shahih mengenai hubungan pria-wanita), aku jumpai enam hadits shahih mengenai perlunya “pendekatan” antara laki-laki dan perempuan yang hendak segera menikah. (Lihat Abdul Halim Abu Syuqqah,Kebebasan Wanita (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 53-56.)
Di situ, ada satu kata khas yang selalu muncul pada keenam hadits tersebut. Apakah kata khas ini seakar dengan istilah “taaruf” (saling kenal)?
Tidak. Istilah taaruf atau pun kata-kata yang seakar dengannya tidak pernah muncul di situ. Kata khas yang muncul adalah “nazhar”. Kemunculannya berbentuk kata kerja “yanzhuru” (memperhatikan) dan kata perintah “unzhur” (perhatikanlah).
Nah! Dari situ kita jadi ngeh, ternyata kita tidak diperintahkan untuk sekadar “taaruf” (saling kenal) bila hendak segera menikah. Yang disyariatkan dalam keadaan ini adalah “tanazhur” (saling memperhatikan).
Terus, apakah kata “nazhar” itu eksklusif khusus bagi yang hendak segera menikah?
Enggak juga. Contohnya, dalam suatu riwayat yang ngetop dikabarin, Ali r.a. berwasiat: “Unzhur mâ qâla wa lâ tanzhur man qâla.” (Perhatikanlah apa yang dikatakan dan janganlah kau perhatikan siapa yang mengatakan.)
Jadi, buat ngebedain ama jenis-jenis tanazhur lainnya, istilah yang lebih tepat untuk “pendekatan” antara laki-laki dan perempuan yang hendak segera menikah adalah TANAZHUR PRANIKAH.
Jadi, makna asli istilah taaruf itu adalah proses saling kenal dengan siapa pun selama hayat dikandung badan.
Jika yang anda maksudkan kebanyakan masyarakat sekarang adalah taaruf dalam rangka akan menikah, maka kira-kira umumnya dilakukan sebagai berikut:
1. Saling tukar menukar data diri, nama, alamat, tempat tanggal lahir, nama orang tua, suku, hobi, dan lain-lain yang  dianggap wajar sebagai perkenalan pertama. Plus foto masing-masing.
2. Jika dari data pertama tersebut, jika kedua pihak setuju, maka pertemuan dilanjutkan sesuai kesepakatan untuk berjumpa pertama kali atau “melihat”. Yang kita sebut "melihat" inilah yang sebenarnya sesuai sunnah Nabi SAW, sebab Beliau SAW ketika salah seorang menyatakan akan menikah dengan si fulanah, beliau bertanya apakah sudah pernah melihat fulanah tersebut? Kemudian Beliau menganjurkan sahabat tersebut untuk melihatnya, dengan alasan: “karena melihat membuat engkau lebih terdorong untuk menikahinya”. Kira-kira demikian. Yang disebut “melihat” ini biasanya dilakukan dengan ditemani orang lain, sesama wanita dari pihak wanita (atau mahramnya yang pria) dan si pria bisa sendiri atau dengan orang lain.
3. Dalam pertemuan pertama tersebut fungsinya membuktikan data foto. Bisa jadi dalam pertemuan tersebut satu sama lain saling bertanya tentang hal-hal yang perlu diperjelas.
4. Seringkali pertemuan tsb dilanjutkan dengan “hubungan” selanjutnya dengan maksud memperjelas perkenalan, yaitu mungkin dengan (1) surat menyurat (2) sms atau telepon (3) atau pertemuan lain dengan komposisi yang sama. Dalam langkah selanjutnya ini umumnya yang dilakukan adalah mendetilkan perkenalan.
5. Jika saling setuju, maka selanjutnya kedua pihak mulai melibatkan ortu, kadang juga ortu terlibat sejak awal, namun biasanya jika sudah melibatkan ortu itu artinya mulai bicara teknis pernikahan.
6. Jika sudah bicara teknis artinya sudah dalam proses menuju pernikahan atau dengan kata lain si wanita sudah dilamar dan tak boleh dilamar pria lain. Seringkali kami juga menganjurkan agar kedua pihak (pada tahap antara nomer 4 dan 5) untuk saling tukar data lebih jauh, misalnya keduanya masing-masing membuat semacam surat perkenalan yang menceritakan tentang diri masing-masing, misalnya kisah singkat tentang dirinya atau tentang hobinya dsb. Ini ijtihad saja yang intinya untuk memberi kesempatan atau sarana bagi kedua pihak untuk taaruf. Bisa juga anda engembangkan cara-cara lain. Apapun juga ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik sebagai “aturan main” taaruf untuk pernikahan pada zaman kita ini
1. Tidak berkhalwat (hadits ttg ini sudah jelas dan dibahas di banyak buku dan kesempatan)
2. Tidak boleh zina hati dan zina mata (termasuk mendekati zina)
3. Agar nomer 2 tidak dilanggar, maka waktu taaruf tak boleh terlalu panjang, apalagi jika sampai tanpa batas yang ditentukan. Jika tak bisa menentukan waktu, sebaiknya pisah saja dulu tanpa ikatan janji. Sebab (1) janji atau yang semacam itu mengundang harap-harap dan itu menjadi zina hati (2) Janji menyebabkan pria lain tak bisa mendekati si wanita dan itu membuat posisinya sudah “setengah milik” bagi pria yang sedang melamarnya tanpa batas waktu kapan menikah. (3) keadaan yang bagaikan “setengah milik” ini menimbulkan kecenderungan mencairkan “hijab dalam pergaulan” antara kedua insan tersebut, ini menjadi mendekati zina. Contohnya adalah timbulnya perilaku cemburu pada pacar atau tunangan yang padahal tak ada kaitan/ikatan apa-apa.
4. Jika sudah ada kata sepakat, segeralah menentukan waktu dan kemudian menikah. Wallahua’lam bishshowwaab. Yang benar datangnya dari Allah SWT, yang salah datang dari kelemahan, kebodohan dan kemaksiyatan manusia.

Adapula perbedaan taaruf dengan pacaran adalah sebagai berikut:
Tujuan
- taaruf (t) : mengenal calon istri/suami, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pernikahan.
- pacaran (p) : mengenal calon pacar, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pacaran, syukur-syukur bisa nikah ...
Kapan dimulai
- t : saat calon suami dan calon istri sudah merasa bahwa menikah adalah suatu kebutuhan, dan sudah siap secara fisik, mental serta materi.
- p : saat sudah diledek sama teman:"koq masih jomblo?", atau saat butuh temen curhat, atau saat taruhan dengan teman.
Waktu
- t : sesuai dengan adab bertamu.
- p : pagi boleh, siang oke, sore ayo, malam bisa, dini hari klo ngga ada yang komplain juga ngga apa-apa.
Tempat pertemuan
- t : di rumah sang calon, balai pertemuan, musholla, masjid, sekolahan.
- p : di rumah sang calon, kantor, mall, cafe, diskotik, tempat wisata, kendaraan umum & pribadi, pabrik.
Frekuensi pertemuan
- t : lebih sedikit lebih baik karena menghindari zina hati.
- p : lazimnya seminggu sekali, pas malem minggu. Kalo bisa lebih.
Lama pertemuan
- t : sesuai dengan adab bertamu
- p : selama belum ada yang komplain, lanjut !

Materi pertemuan
- t : kondisi pribadi, keluarga, harapan, serta keinginan di masa depan.
- p : cerita apa aja kejadian minggu ini, ngobrol ngalur-ngidul, ketawa-ketiwi.
Jumlah yang hadir
- t : minimal calon lelaki, calon perempuan, serta seorang pendamping (bertiga). maksimal tidak terbatas (disesuaikan adab tamu).
- p : calon lelaki dan calon perempuan saja (berdua). klo rame-rame bukan pacaran, tapi rombongan.
Biaya
- t : secukupnya dalam rangka menghormati tamu (sesuai adab tamu).
- p : kalau ada biaya: ngapel, kalau ngga ada absent dulu atau cari pinjeman, terus tempat pertemuannya di rumah aja kali ya? tapi gengsi dong pacaran di rumah doang ?? apa kata doi coba ??
Lamanya
- t : ketika sudah tidak ada lagi keraguan di kedua belah pihak, lebih cepat lebih baik. dan ketika informasi sudah cukup (bisa seminggu, sebulan, 2 bulan), apa lagi yang ditunggu-tunggu?
- p : bisa 3 bulan, 6 bulan, setahun, 2 tahun, bahkan mungkin 10 tahun.
Saat tidak ada kecocokan saat proses
- t : salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan, dan proses stop dengan menyebut alasannya.
- p : salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan, dan proses stop dengan/tanpa menyebut alasannya.

Tercatat
Wa maa kholaqtul jinni wal insini, illa liya'buduun
(dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu)
(Adz Dzaariyat : 56)
( Qs.An-Nur 26,30,31)dsb

sampai disini dulu yahh sudah mau maghrib
Al haqquminallah wa khoto mini( kebenaran datangnya selalu dari Allah dan Kehilafan datangya dari akhwatul pribadi maafkan)tetaplah tawadhu'
tolong luruskan jika melenceng
wasalam

Nur Kaffah Ahkam

Persembahanku untukmu wanita

Ukhti…
Semua orang tahu…
Semua orang bisa lihat…
Yang punya mata normal pasti
langsung sadar …
Ada akhwat cantik tanpa niqob/cadar…
Punya wajah yang bersinar…
Dan senyum yang berbinar…

Ukhti…
Siapa yang tidak suka melihat kulitmu yang bersih?
Siapa yang tidak senang melihat
lekuk tubuhmu yang menarik?
Siapa yang menolak melihat wajahmu yang cantik?
Semua orang mau dekat denganmu …
Semua orang ingin
menyentuhmu …
Semua orang ingin memilikimu…

Tapi ingat ukhti…
Ketahuilah…
Tak semua orang ingin kau miliki …
Tak semua orang ingin kau mintai pertanggungjawaban
atasmu …
Tak semua orang ingin melindungimu …
Tapi aku…
Aku mau…

Ukhti…
Aku ingin melindungi cantikmu…
Aku mau menjaga dirimu…
Tapi bantulah aku untuk menjagamu …
Yaitu dengan ikut menjaga penampilanmu …

Ukhti…
Aku yakin engkau telah berulang kali mendengarkan ini
Mungkin engkau merasa bosan …
Tapi aku tak akan pernah bosan mengingatkanmu …

Ukhti…
Engkau bagaikan sebuah berlian
Berlian yang indah bersinar …
Banyak orang mengincarmu…
Mereka ingin merenggut sinar itu …

Tapi, Ukhti…
Ketahuilah, sebuah berlian…yang
tak hidup itu…
Diberi penjagaan berlapis-lapis…
Ia dikungkung dalam lemari baja …
Yang dilindungi oleh alarm…
Terali besi…lemari kaca…
Bahkan untuk sekedar melihat indahnya …
Seseorang harus melewati prosedur berbelit-belit

Ukhti…
Berlian itu hanya sebuah batu…
Sedangkan engkau?
Engkau manusia! Engkau hidup!
Engkau indah!
Engkau adalah karya sempurna
Sang Pemahat sejati
Dan engkau lebih pantas untuk
dilindungi…

Cantikmu jangan diobral…
Engkau tahu kan…barang
obralan itu…
Mutunya rendah…
Harganya murah…
Seenaknya boleh dijamah…
Rusak tak mengapa… kotor bukan masalah…

Sayang…
Cantikmu jangan diobral…
Simpan cantikmu untuk yang berhak memiliki …
Simpan cantikmu agar engkau makin cantik …
Dengan kesempurnaan
aqidahmu …
Dengan kedalaman ilmumu…
Yang terpancar dari balik kerudung dan jilbabmu …
Simpanlah untuk orang yang bersedia menukarnya dengan
surga …

Ya, Ukhti…
Hanya ditukar dengan akses bebas masuk surga …
Dari pintu mana saja yang engkau suka sajalah …
Kauberikan akses sepuasnya pada cantikmu …
Dan orang yang akan
memberimu akses itu…
Pasti adalah orang yang tidak meminta “uang muka”…
Dari cantikmu…

Sayang…
Cantikmu itu berharga…
Cantikmu itu karunia Allah…
Cantikmu itu amanah…
Engkaulah yang membuat cantikmu …
Menjadi pahala…
Atau fitnah…

Ukhti…
Jangan engkau anggap cantikmu
itu murah …
Dunia dan seisinya tak mampu membayar cantikmu itu …
Pemahat terhebat di dunia ini pun tak mampu mengukir
bentuk seindah dirimu …
Engkau adalah bidadari dunia…
Tapi…
jangan mau hanya jadi bidadari di dunia saja…
Ayo… berusaha menjadi bidadari
surga!

Ukhti…
Simpan cantikmu…
Orang-orang itu tak pantas menikmatinya darimu …
Orang-orang itu bahkan membawa api neraka di tiap
pandangan mata mereka …
Sayang, cantikmu jangan diobral …
Karena cantikmu…

berbeda !!!

Persembahan cinta dari saudari lama ku
Ukhti Sheefaul Qolby Asy-Syahidah

dan persembahan cintaku buat semua wanita

Nur Kaffah Ahkam

linkWith

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...