Bukan aku yang mencarimu, Bukan pula kamu yang mencariku tapi Allah lah yang mempertemukan dua hati yang berbeda atas nama cinta

Selasa, 31 Juli 2012

Hadis Dha'if Tidur saat puasa adalah Ibadah


Kelemahan Hadits Tidurnya Orang Puasa Adalah Ibadah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادضةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مَضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ
“Tidur orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya dilipatgandakan, doanya mustajab, dan dosanya diampuni.”
Takhrij
Hadits ini diriwayatkan Imam Al Baihaqi dalam Asy Syu’ab (3778), Ibnu Syahin dalam At Targhib (142), Al Khallal dalam Al Majalis (40), dan Abu Nu’aim dalam Al Hilyah pada biografi Kurz bin Wabarah Al Haritsi; Abdullah bin Abi Aufa Radhiyallahu ‘Anhu.
Derajat Hadits: Dha’if
Al Munawi mendha’ifkan hadits ini dalam Fadih Al Qadir (9293).
Al Baihaqi berkata tentang sanad hadits ini, “Ma’ruf bin Hassan dha’if dan Sulaiman bin Amr An Nakha’i lebih dha’if lagi dari Ma’ruf.”
Al Albani mendha’ifkan hadits ini dalam Dha’if Al Jami’ Ash Shaghir (12740).
Rep/Red: Shabra Syatila  magazine

(¯`•.¸ღ L♥pyuht♥mats adek k♥♥h ღ¸.•´¯)




cinta semusi dan sekerak telor :D hehe
Ku tak tahu dari mana awal mula rasa kasih,sayang dan cinta ini bermula padamu

Yang ku tahu ia hadir melalui naluri hatiku ketika seiring waktu ku lalui bersamamu

Saat ini aku berpikir kenapa kita tak di dekatkan dari dulu saja ? melainkan ternyata ini lah bagian dari cerita

 kita bersama melalui kehendak  Allah, andaikan saja sejak dulu kita bersama maka mungkinkah kita sedekat 
ini, bahkan sebanding dengan saudara kandung sendiri atau bahkan melebihi saudara sekandung? tanyakan pada dirimu apakah sosoku special dihatimu? Hohoho openingnya maksa :D

Lopyuh dek..

Dinner pertama with adek kooh
Sungguh rasanya kata2 itu tak begitu cukup membuktikan betapa kk mencintai dan menyayangimu dgn sangaaat ahh…bagi kk sebuah kata2 itu hanya sebuah ungkapan raga belaka sedangkan sebuah rasa itulah ungkapan dari hati yg sesungguhnya. Betapa banyak mendapat kata cinta itu terlontar dikalangan saudari yg lain, namun tak semua mereka mampu memahami dan merasa apa yang ku fahami dan kurasa.

Kau tahu dek..hadirmu adalah warna terindah bagiku, menghiasi rona kehidupanku dengan lebih cerah, bisa dibilang salah 1 dari sinar yang menyala memberikan cahaya dan kehangatan hidupku kini  itu adalah dirimu..karena hadirmu adalah bahagia bagiku.

Namun jika suasana transisi(problema) itu datang seolah mengajarkan kita inilah yang dinamakan “Cinta” dan Ukhuwwah itu adalah Cinta(Ukhuwwah=Cinta) jadi jangan heran cinta akan meminta segalanya darimu waktu, tenaga,pikiran,hati,harta,bahkan rasa dan perhatianmu.. jika salah satunya kurang maka ada yg terasa ganjil.

with adek kooh @ Jakabaring
Jangan selalu kau tanyakan : Kenapa awak cintakan saye ?? seolah tak meyakini tulus syg kk untukmu, karena sesungguhnya kk bingung mau jawab apa? Darimana  mulanya,kenapa harus kita?karena yg kutahu adalah cinta itulah yg mendatangi kita ,rupanya Allah yang menghadirkan sosokmu untuk menjadi  salah 1 kekuatan ketika cinta-Nya(ujian) itu coba untuk menghampiri memahamkan akan kebesaran-Nya.

Jika ingin menulis semua tentangmu di note ini sungguhlah note saja tak akan mampu menampungnya. Namun kk hanya ingin kau mengingat lagi kenanganmu brsama kk dengan berbagai cerita.

Momment2  Special bersamamu versi kk

1.         Bergadang menjaga kk yg lagi sakit melalui via hp setiap malam bahkan setiap hari hanya untuk mengikuti perkembangan proses pemnyembuhan kk. Kk ucapkan terimakasih

2.        Saat berpuisi bersamaku di radio ukhuwwah kita via hp rekaman. Jadi geli sendiri dengarnya tapi jujur kalau dari hati bawaanya bagus mulu :)

3.        Peluncuran lagu perdana kita “Pelangi ukhuwwah” yang kk menyanyikan ketika rindumu menyeruak mau kk pulang dari Malaysia. Hehe Sambil dengerin wind mewek kk jadi terharu entah karena lagunya yg bagus atau suaranya yg merdu :P 

4.       Pertama kali kita ngambekan  akbar”kk en wind”baru pertama kali kk mendengar wind menggerutu”Hijab itu bernama akang” cemburu dengan suami kk. Sungguh mencintaimu (wind) dan dirinya(mas Abdullah)

5.       Palembang in love salah 1 bentuk pembuktian cinta kk untukmu adeku, tak ada yg tdk speciall disana setiap momment  selalu  membawa cinta dibalik ceritanya yang membuatku rindu meski engkau berada di dekatku <3 

6.       Baru2 ini setelah webcame via YM bareng. Subhanaa Allah sedikit mengobati kerinduan kita selama ini setelah seharian lebih berdiam diri lantaran kita bermasalah. Tapi justru setelahnya kita mengaku bahwa saling rindu ya kaaaaan :*

Menerimaku apa adanya, menerimamu apa adanya..itulah Kita

 (Lopyuhtomats adek kooh---idung kecing kooh)


Kk muuh  ---> Nur  Kaffah

The Power of Emak Khalid

Bismillah wa Alhamdullih.. Puji dan Puja tak akan pernah habis dengan-Mu wahai  Rabb ku yang maha pemberi tanpa batas terhadap siapapun yang dikehendaki..

Tak terasa khalid ba'ahku kini mulai  menginjak gede buktinya terawih kini di jalani dengan sedikit kepayahan 

:) alhamdulillah bisa kepayahan juga . Pasalnya selama ini biasa ramping sekarang merelakanya dengan 

sedikit melar..al hasil setiap pulang terawih giliran ustd ganteng yang pijitin # hihihi kualat ni ama suami

jika kebanyakan orang2 pada bulan puasa jam kerjanya dikurangi justru ummi semngat fastabikul khairat 

meraup amalan yang bermamfaat.. #emak hebat :D muji ndiri..ups..tapi Puasa ke 12 tepatnya hari ini ahirnya jebol bin pecah juga..amppooenn :( ummi lelah nak tak kuat .. 

hiks yg tadinya cagyoyo (sok bisa)#bahasanya adek saya si wind. Maunya khatam Quran juga Khatam Puasa 
tapi ape boleh buat utang jg deh sama Allah :(

ntar khalid yang bantuin bayar nya sama Allah nak yah :D.....semngat nak..semangat shaum
 Nih Dia ni image cute baby ala emak khalid



Kk iid baby 10 Bulan :D hehe angan2 emakmu nak

Khalid 1 thn 3 bulan .Nah loh tambah ganteng aja anak emak ni :)


kk iid 3.5 thn Al Hafiz anak emak sama ustz ganteng :*
this is emak khalid jg 

kk iid 5 thn dah hafal 10 juz Quran loh :P aamiin

Sabtu, 28 Juli 2012

ღ Madah Cinta ღ : Diary Kecil untuk sebuah nasihat

Hari ini ke 9 Romadhan selepas sahur :) 

Bismillah..
 
Banyak insan yang terlalu masuk kedalam lubuk hatinya terlalu dalam mungkin jg termasuk saya

Ketika sosok yang dicinta masih lekat didalam hati meski jasad memisahkan diri kita denganya

Padahal semua itu adalah fase dari realisasi cinta Allah kepada hamba pilihanya melalui rencana-Nya dengan penuh keberkahan disetiap hikmah yg diberikan ..

Jika kita mampu memahami apa yang Allah gariskan maka sesungguhnya hati kita

Tak akan pernah merasa kehilangan meski kita tahu dia sudah tidak ada didepan mata

Orang yang dicinta bukan milik kita melainkan hak kita,jadi bersikaplah sebagai seorang yang berhak bukan sebagi pemilik,karena jika anda memahami hal itu maka tumbuhlah sebuah kesetiaan

Kesetian akan cinta bukan terletak pada jasad melainkan hati yang mengalaminya

Seseorang yang rela menjaga kehormatan dirinya demi pasanganya bukan hanya karena masalah jasad melainkan hati yang terpadu atas nama-NYA(iman)

Dan kesetian bukan berarti menghindar dari ketetapan-Nya melainkan menerimanya dengan penuh cinta. Karena DIA ingin tahu berapa besar anda mencintainya karena-NYA.

Kemungkinanya itu hanya ada 2 hal
pertama DIA hadirkan sosok dia yang kau cinta dalam sosok yang lain (pengganti yang lebih baik,yang karakter,kebaikan dan cintanya tidak jauh berbeda dari sebelumnya) atau dia hadirkan dirimu bertemu denganya ditaman syurga-NYA kelak. Memadu cinta kekal selamanya dalam keridhaan-Nya

Jadi jika anda sudah faham bahwa ketetapan-NYA tidak akan pernah bersimpangan dengan apa yang terbaik bagi kita meski logika tak pernah menyangkanya. Maka cukup 1 kata buat anda semua

LAA TAHZAN INNA ALLAHA MA’ANA

Hari itu cerah jangan membuatnya mendung lantaran anda hanya bisa berlindung dibalik pekatnya kamar kesepian anda :)

Kunjungi Rumah Madah Cinta Disini (http://ainurkaffah.blogspot.com/)
lalu berbagilah untuk sebuah kemamfaatan

Salam Hangat

Nur Kaffah Ahkam

Jumat, 27 Juli 2012

(¯`ღ Belajar dari Kegagalan Anna Althofunnisa ღ´¯)





Sebuah note yang panjang dengan statement yang mengagumkan sebagai seorang pembaca dan penulis
semoga di ambil ibroh dari setiap mnasihat yang tersampaikan. (Nur Kaffah Ahkam)

Selamat Membaca

Ia seorang muslimah, menutup aurat dengan sempurna, cerdas, berpendidikan tinggi, mengerti banyak hukum agama, dari keturunan yang baik, tumbuh di lingkungan yang baik pula, berbaur dengan orang-orang shalih, kaya, tidak punya cacat fisik, bahkan tergolong wanita cantik. Lalu, apa lagi yang kurang?

Ya, begitulah gambaran dari Anna Althafunnisa, seorang tokoh utama dari novel karya Habiburrahman El Shirazy yang berjudul Ketika Cinta Bertasbih, yang kemudian diangkat ke layar lebar dengan judul film yang sama pula. Dan yang seperti kita ketahui bersama, seperti halnya novelnya yang laris manis, film ini pun laku keras di pasaran. Kemudian tak lama setelahnya, sosok Anna Althafunnisa begitu melekat di benak para muslimah, mampu menjadi ikon tentang muslimah yang seharusnya. Setidaknya ini saya lihat ketika diamanahi mendampingi tiga puluh delapan muslimah masa peralihan dari belia ke dewasa yang sedang menjalani hidupnya di awal-awal semester kuliah.

Melihat kapasitas dan kualitas kemuslimahan Anna Althafunnisa dalam gambaran cerita tersebut, pantas saja kalau kemudian dalam angan, ia adalah sosok muslimah ideal masa kini. Namun ada yang menarik untuk dicermati dan diurai hikmahnya bersama. Bahwa seideal-idealnya muslimah, tetaplah ia wanita bumi yang sangat mungkin berbuat khilaf dan punya kekurangan di sana-sini di balik kelebihannya yang berlimpah. Pun pembahasan ini bukan untuk mencari-cari kesalahan seseorang, tapi semoga mampu mengasah sikap kritis kita, agar tak selalu mengangguk setuju pada tokoh yang diidolakan.

Ada dua peristiwa bersejarah dalam hidup Anna yang menarik untuk dicermati, yaitu ketika prosesi khitbah dan penyebab perceraian dalam biduk rumah tangganya.

Dalam prosesi khitbahnya, kita dapati syarat Anna sebelum mengiyakan lamaran adalah, bahwa tidak adanya wanita lain kelak dalam rumah tangganya, alias ia menginginkan menjadi wanita satu-satunya dalam hati sang suami. Banyak muslimah yang 'terhipnotis' dengan pernyataan Anna, bahwa ia ingin seperti Fatimah dan Ibunda Khadijah yang tak pernah diduakan seumur hidupnya.

Tak ada yang salah dengan keinginannya ini, tapi jangan lupa, bahwa kita juga punya si cerdas Aisyah yang tetap bahagia dengan Rasullullah padahal ia bukan wanita satu-satunya dalam kehidupan beliau, kita punya panutan seperti Zainab, Hafsah, dan masih banyak lagi pribadi-pribadi luar biasa yang mampu menjalani takdirnya sebagai seorang isteri yang bukan satu-satunya.

Mungkin menjadi hal yang sangat wajar syarat itu diajukan oleh wanita biasa dan kebanyakan, tapi menjadi tidak wajar bahkan janggal bagi seorang muslimah putri Kyai yang tentunya sedari kecil telah tumbuh dengan didikan Islami seperti Anna. Di sinilah Anna telah gagal bersikap bijak sebagai seorang muslimah, karena pada kenyataannya ia yang telah banyak mengerti hukum agama yang seharusnya lebih bisa taat pada Allah dan RasulNya, bersikap seperti wanita pada umumnya. Maka wajarlah jika timbul pertanyaan logis, kalau seorang muslimah sekredibel Anna saja 'menolak' dipoligami, bagaimana dengan wanita pada umumnya?

Menarik pula apa yang diumpamakan Anna tentang sikapnya pada poligami, bahwa jika ia tidak menyukai jengkol dan tidak memakannya bukan berarti ia mengharamkan jengkol. Hal yang logis, tapi kurang tepat dijadikan perumpamaan. Karena yang sedang kita bicarakan ini berupa syari'at Islam. Dalam hal ini sama saja Anna mengatakan, bahwa ia tidak suka dipoligami, tapi bukan berarti ia mengharamkan poligami. Penegasan yang ingin disampaikan Anna di sini adalah bahwa poligami tetaplah halal, tapi ia tidak menyukainya.

Inilah yang perlu hati-hati kita telaah.

Islam telah menjadikan poligami sebagai sesuatu perbuatan mubah (boleh), bukan sunnah, bukan pula wajib. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani mengatakan dalam an-Nizham al-Ijtima’i fi al-Islam hal. 129 :
"Harus menjadi kejelasan, bahawa Islam tidak menjadikan poligami sebagai kewajiban atas kaum muslimin, bukan pula suatu perbuatan yang mandub (sunnah) bagi mereka, melainkan sesuatu yang mubah, yang boleh mereka lakukan jika mereka jika mereka berpandangan demikian."
Dasar kebolehan poligami tersebut kerana Allah SWT telah menjelaskan dengan sangat mudah tentang hal ini :

"Maka nikahilah oleh kalian wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga atau empat." (QS an-Nisaa’ [4]: 3)
Imam Suyuthi menjelaskan bahawa pada ayat di atas terdapat dalil, bahawa jumlah isteri yang boleh digabungkan adalah empat saja (fiihi anna al-‘adada alladziy yubahu jam’uhu min al-nisaa’ arba’ faqath) (Al-Iklil fi Istinbath At-Tanzil, [Kairo : Darul Kitab Al-Arabiy, t.t.], hal. 59).

Asbabun nuzul ayat ini, bahawa Urwah bin Zubair RA bertanya kepada ‘Aisyah tentang ayat QS An-Nisaa` : 3 yang lengkapnya berbunyi :
"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kahwinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kahwinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat pada tidak berbuat aniaya." (QS an-Nisaa’ [4]: 3)
Maka ‘Aisyah menjawab,"Wahai anak saudara perempuanku, yatim di sini maksudnya anak perempuan yang ada di bawah asuhan walinya yang hartanya bercampur dengan harta walinya, dan harta serta kecantikan yatim itu membuat pengasuh anak yatim itu senang kepadanya lalu ingin menjadikan perempuan yatim itu sebagai isterinya. Tapi pengasuh itu tidak mahu memberikan mahar (maskawin) kepadanya dengan adil, yakni memberikan mahar yang sama dengan yang diberikan kepada perempuan lain. Kerana itu pengasuh anak yatim seperti ini dilarang mengahwini anak-anak yatim itu kecuali kalau mahu berlaku adil kepada mereka dan memberikan mahar kepada mereka lebih tinggi dari biasanya. Dan kalau tidak dapat berbuat demikian, maka mereka diperintahkan kahwin dengan perempuan-perempuan lain yang disenangi." (HR Al-Bukhari, Abu Dawud, an-Nasa`i, dan at-Tirmidzi) (Lihat Sayyid Sabiq, Fikih Sunah (terj), VI/136-137).

Namun demikian, kebolehan poligami pada ayat di atas tidaklah harus selalu dikaitkan dengan konteks pengasuhan anak yatim, sebagaimana khayalan kaum liberal yang bodoh. Sebab sebagaimana sudah difahami dalam ilmu ushul fiqih, yang menjadi pegangan (al-‘ibrah) adalah bunyi redaksional ayat yang bersifat umum (fankihuu maa thaab lakum mina an-nisaa` dst), bukan sebab turunnya ayat yang bersifat khusus (pengasuhan anak yatim). Jadi poligami boleh dilakukan baik oleh orang yang mengasuh anak yatim mahupun yang tidak mengasuh anak yatim. Kaidah ushul fikih menyebutkan :
Idza warada lafzhul ‘umuum ‘ala sababin khaashin lam yusqith ‘umumahu
"Jika terdapat bunyi redaksional yang umum kerana sebab yang khusus, maka sebab yang khusus itu tidaklah menggugurkan keumumannya." (Abdul Qadir Ad-Dumi tsumma Ad-Dimasyqi, Nuzhatul Khathir Syarah Raudhatun Nazhir wa Junnatul Munazhir, [Beirut : Dar Ibn Hazm, 1995], Juz II hal. 123)
Beberapa hadits menunjukkan, bahawa Rasulullah SAW telah mengamalkan bolehnya poligami berdasarkan umumnya ayat tersebut, tanpa memandang apakah permaslahannya berkaitan dengan pengasuhan anak yatim atau tidak. Diriwayatkan bahawa Nabi SAW berkata kepada Ghailan bin Umayyah ats-Tsaqafi yang telah masuk Islam, sedang ia punya sepuluh isteri,"Pilihlah empat orang dari mereka, dan ceraikanlah yang lainnya!" (HR Malik, an-Nasa’i, dan ad-Daruquthni). Diriwayatkan Harits bin Qais berkata kepada Nabi SAW,"Saya masuk Islam bersama-sama dengan lapan isteri saya, lalu saya ceritakan hal itu kepada Nabi SAW maka beliau bersabda,"Pilihlah dari mereka empat orang." (HR Abu Dawud). (Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid VI/139).

Kebolehan poligami ini tidaklah tepat kalau dikatakan "syaratnya harus adil." Yang benar, adil bukan syarat poligami, melainkan kewajiban dalam berpoligami. Syarat adalah sesuatu sifat atau keadaan yang harus terwujud sebelum adanya sesuatu yang disyaratkan (masyrut). Wudhu, misalnya, adalah syarat sah solat. Jadi wudhu harus terwujud dulu sebelum solat. Maka kalau dikatakan "adil" adalah syarat poligami, bererti "adil" harus terwujud lebih dulu sebelum orang berpoligami. Tentu ini tidak benar. Yang mungkin terwujud sebelum orang berpoligami bukanlah "adil" itu sendiri, tapi "perasaan" seseorang apakah ia akan bisa berlaku adil atau tidak. Jika "perasaan" itu adalah berupa kekhuatiran tidak akan dapat berlaku adil, maka di sinilah syariah mendorong dia untuk menikah dengan satu isteri saja (fa-in khiftum an-laa ta’diluu fa waahidah, "Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kahwinilah) seorang saja) (QS an-Nisaa` : 3).
Adapun keadilan yang merupakan kewajiban dalam poligami sebagaimana dalam QS an-Nisaa` : 3, adalah keadilan dalam nafkah dan mabit (giliran bermalam). Nafkah tujuannya adalah mencukupi kebutuhan para isteri iaitu mencakup pakaian (al-malbas), makanan (al-ma`kal), dan tempat tinggal (al-maskan). Sedang mabit, tujuannya bukanlah untuk jima’ (bersetubuh) semata, melainkan untuk menemani dan berkasih sayang (al-uns), baik terjadi jima’ atau tidak. Jadi suami dianggap sudah memberikan hak mabit jika ia sudah bermalam di sisi salah seorang isterinya, walaupun tidak terjadi jima’ (Syaikh Abdurrhaman Al-Jaziry, al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahib Al-Arba’ah Juz IV, hal. 206-217).
Yang dimaksud "adil" bukanlah "sama rata" (secara kuantiti) (Arab : al-taswiyah), melainkan memberikan hak sesuai keadaan para isteri masing-masing. Namun kalau suami mahu menyamakan secara kuantiti juga boleh, namun ini sunnah, bukan wajib. Isteri pertama dengan tiga anak, misalnya, tentu kadar nafkahnya tidak sama secara kuantiti dengan isteri kedua yang hanya punya satu anak. Dalam hal mabit (bermalam), wajib sama secara kuantiti antara para isteri. Namun isteri yang sedang menghadapi masalah misalnya sedang sakit atau stress, dapat diberi hak mabit lebih banyak daripada isteri yang tidak menghadapi masalah, asalkan isteri lainnya redha. (Syaikh Abdurrhaman Al-Jaziry, al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahib Al-Arba’ah Juz IV, hal. 206-208; Lihat secara khusus cara berlaku adil terhadap isteri-isteri dalam Ariij Binti Abdurrahman As-Sanan, Adil Terhadap Para Isteri (Etika Berpoligami), [Jakarta : Darus Sunnah Press], 2006).

Adapun "adil" dalam QS an-Nisaa’ : 129 yang mustahil dimiliki suami yang berpoligami, maksudnya bukanlah "adil" dalam hal nafkah dan mabit, melainkan adil dalam "kecenderungan hati" (al-mail al-qalbi). Allah SWT berfirman :
"Kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu) walau pun kamu sangat ingin berbuat demikian." (QS an-Nisaa’ [4] : 129).
Imam Suyuthi menukil pendapat Ibnu Abbas RA, bahawa "adil" yang mustahil ini adalah : rasa cinta dan bersetubuh (al-hubb wa al-jima’) (Lihat Imam Suyuthi, Al-Iklil fi Istinbath At-Tanzil, [Kairo : Darul Kitab Al-Arabiy, t.t.], hal. 83).
Sayyid Sabiq menukilkan riwayat, bahawa Muhammad bin Sirin berkata,"Saya telah mengajukan pertanyaan dalam ayat ini kepada ‘Ubaidah. Jawabnya,Iaitu dalam cinta dan bersetubuh." (Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid VI/143).
Maka tidaklah benar pendapat kaum liberal yang mengharamkan poligami berdasarkan dalil ayat di atas (QS 4 : 129) yang dikaitkan dengan kewajiban adil dalam poligami (QS 4 : 3). Mereka katakan, di satu sisi Allah mewajibkan adil tapi di sisi lain keadilan adalah mustahil. Lalu dari sini mereka menarik kesimpulan bahwa sebenarnya poligami itu dilarang alias haram. Mereka menganggap keadilan pada dua ayat tersebut adalah keadilan yang sama, bukan keadilan yang berbeda. Padahal yang benar adalah, keadilan yang dimaksud QS 4:3 berbeza dengan keadilan yang dimaksud dengan ayat QS 4:129.
Pemahaman kaum liberal tersebut tidak benar, kerana implikasinya adalah, dua ayat di atas akan saling berlawanan (kontradiksi) satu sama lain, di mana yang satu meniadakan yang lain. Padahal Allah SWT telah menyatakan tidak adanya kontradiksi dalam Al-Qur`an. Allah SWT berfirman :
"Kalau sekiranya al-Qur`an itu dari sisi selain Allah, nescaya akan mereka dapati pertentangan yang banyak di dalamnya." (QS an-Nisaa` [4] : 82).


**********
Kembali ke pernyataan Anna, tentu saja akan lain maknanya jika Anna berkata bahwa ia tidak memakan jengkol karena dia tak tahan dengan baunya, dan khawatir juga baunya akan tercium ke orang di sekitarnya. Atau perumpamaan lain yang semakna, misalnya saya tidak makan rujak karena sekarang saya sedang sakit perut, saya tidak minum air es karena sekarang saya sedang pilek, atau saya tidak memakai warna hitam karena hari ini panas sekali.

Sejarah hidup Anna yang kedua adalah ketika ia mengetahui bahwa Furqan, suaminya, mengidap HIV. Yang dengan alasan inilah Anna meminta cerai. Sebuah hal yang halal memang, tapi dibenci oleh Allah SWT.

Diceritakan di situ, bagaimana Anna begitu marah, langsung kehilangan kepercayaan, dan ujungnya meminta cerai.

Mari kita bahas peristiwa ini dalam perspektif kehidupan muslimah ideal yang seharusnya sesuai dengan syari'at Islam.

Ketika seseorang marah karena mendapati dirinya telah dibohongi, itu hal yang wajar. Tapi bagi seorang Anna Althafunnisa, tentunya sudah hafal di luar kepala hadits Nabi SAW tentang perintah menahan marah. Kenapa ia tidak berupaya melakukannya? Melakukan kebajikan dengan cara menahan marah. Dan sangat mustahil Anna yang lulusan Al-Azhar Mesir itu tidak mengetahui kalau Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Di sinilah kita lihat ego dan nafsunya bermain dan menghalanginya untuk duduk, berbaring, wudhu, atau shalat daripada meluapkan kemarahannya.

Andai saja Anna dapat menahan amarahnya dan sedikit saja berlapang dada, mungkin perceraian itu tidak akan pernah terjadi dan cerita pun akan lain. Ia akan lebih bisa mendengar apa yang dikatakan sang suami, ia akan berupaya mengerti tentang posisi suami, bahkan mungkin dia akan bersikap sebaliknya, misalnya tetap memberi dukungan moral pada seseorang yang telah diangkat menjadi imamnya. Atau sebagai seorang 'partner' yang baik, ia akan tetap mengibarkan bendera optimis dengan mengatakan, "Coba kita cek lagi ke dokter, sangat mungkin kekeliruan terjadi pada saat pemeriksaan dulu, engkau orang baik dan suka memudahkan urusan orang lain, yakinlah Allah tak kan mendzalimimu."

Ya, andai saja Anna lebih mampu sedikit bersabar dan menunggu, maka perceraian itu tidak akan pernah terjadi. Karena dalam alur cerita selanjutnya, ternyata hasilnya negatif setelah Furqan memeriksakan diri. Namun sayang, bukan sikap seperti itu yang Anna lakukan. Padahal pada saat itu posisi Anna adalah seorang isteri. Isteri yang sangat tahu betapa mulianya kedudukan seorang Adam ketika ia telah menjadi seorang suami, sampai-sampai Nabi SAW pernah menyabdakan, jika diperbolehkan menyembah selain Allah, niscaya ia akan menyuruh setiap isteri menyembah suaminya. Lalu, isteri shalihah macam apakah yang lantang bernada tinggi penuh amarah ketika berbicara di depan suaminya?

Inilah sikap Anna yang perlu kita kritisi, bahwa selayaknya seorang muslimah tetap berupaya mengendalikan dirinya dalam keadaan apapun. Seperti halnya tetap berupaya taat pada semua perintah Allah SWT, dalam keislaman yang kaffah.

Ana Althafunnisa, seorang muslimah cerdas yang memiliki banyak hal lebih dalam dirinya, tetaplah manusia biasa. Namun, tak dapat dipungkiri, bahwa terlepas dari kekurangannya, ia tetap menjadi sosok wanita luar biasa yang patut diikuti sepak terjangnya dalam merunut hidup menjadi wanita seperti yang diinginkanNya. Banyak hal baik yang bisa kita gali dan teladani, bahkan apa yang ada padanya mampu dijadikan motivasi agar kita menjadi semakin lebih baik.

***

Suatu malam terjadilah sebuah dialog antara seorang mad'u dengan murabbiyahnya.

"Mbak, Anna Althafunnisa itu luar biasa ya, apa Sekar bisa menjadi seperti dia?"

"Tentu saja bisa, bahkan Sekar bisa melebihi dia."

"Bagaimana mungkin Sekar yang seperti ini melebihi Anna yang lulusan Al-Azhar?"

"Justru itu Sekar bedanya yang menjadi luar biasa, kalau Anna menjadi wanita shalihah itu adalah hal yang sangat wajar. Ia putri seorang Kyai, ia kuliah di Al-Azhar, ia begitu punya banyak fasilitas yang memudahkan dirinya menjadi shalihah seperti itu. Tapi kalau Sekar manjadi seshalihah itu, bagi Mbak, Sekar jauh lebih luar biasa dari seratus Anna Althafunnisa sekalipun."

Nasehat indah Khoirunnisa Syahidah 



Nur Kaffah Ahkam

-- Do'a memohon diberikan anak sholeh --


Setiap orang yang telah berumah tangga atau akan, pasti menginginkan si buah hati. Mungkin ada yang telah menanti bertahun-tahun, namun belum juga dikaruniai buah hati. Juga ada yang menginginkan agar anaknya menjadi sholeh. Maka perbanyaklah do’a akan hal tersebut. Banyak do’a yang telah dicontohkan dalam Al Qur’an dan Al Hadits.
 Di antaranya ada do’a yang berasal dari para Nabi ‘alaihimush sholaatu was salaam.
Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam, berkata,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Robbi hablii minash shoolihiin” [Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh]”. (QS. Ash Shaffaat: 100).
Ini adalah do’a yang bisa dipanjatkan untuk meminta keturunan, terutama keturunan yang sholeh. Dalam Zaadul Masiir (7/71), dijelaskan maksud ayat tersebut oleh Ibnul Jauzi rahimahullah, “Ya Rabbku, anugerahkanlah padaku anak yang sholeh yang nanti termasuk jajaran orang-orang yang sholeh.” Asy Syaukani rahimahullah mengatakan apa yang dikatakan oleh para pakar tafsir, “Ya Rabb, anugerahkanlah padaku anak yang sholeh yang termasuk jajaran orang-orang yang sholeh, yang bisa semakin menolongku taat pada-Mu”. Jadi yang namanya keturunan terutama yang sholeh bisa membantu seseorang semakin taat pada Allah.
Nabi Dzakariya ‘alaihis salaam berdo’a,

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
Robbi hab lii min ladunka dzurriyyatan thoyyibatan, innaka samii’ud du’aa’” [Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa] (QS. Ali Imron: 38). Maksud do’a ini kata Ibnu Katsir rahimahullah, “Ya Rabb anugerahkanlah padaku dari sisi-Mu keturunan yang thoyyib yaitu anak yang sholeh. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar do’a.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 3/54)
Seseorang yang telah dewasa dan menginjak usia 40 tahun memohon pada Allah,

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ 
إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Robbi awzi’nii an asy-kuro ni’matakallatii an’amta ‘alayya wa ‘ala walidayya wa an a’mala shoolihan tardhooh, wa ash-lihlii fii dzurriyatii, inni tubtu ilaika wa inni minal muslimiin” [Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri] (QS. Al Ahqof: 15). Do’a ini juga berisi permintaan kebaikan pada anak dan keturunan.
Ibadurrahman (hamba Allah Yang Maha Pengasih) berdo’a,

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Robbanaa hab lanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrota a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa” [Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa]. (QS. Al Furqon: 74)
Al Qurtubhi rahimahullah berkata, 

ليس شيء أقر لعين المؤمن من أن يرى زوجته وأولاده مطيعين لله عز وجل.
Tidak ada sesuatu yang lebih menyejukkan mata seorang mukmin selain melihat istri dan keturunannya taat pada Allah ‘azza wa jalla.” Perkataan semacam ini juga dikatakan oleh Al Hasan Al Bashri. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 10/333)
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendo’akan anak Ummu Sulaim, yaitu Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuma dengan do’a,

اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ ، وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ
Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, serta berkahilah apa yang engkau karuniakan padanya.” (HR. Bukhari no. 6334 dan Muslim no. 2480). Dari sini seseorang bisa berdo’a untuk meminta banyak keturunan yang sholeh pada Allah,

اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي
Allahumma ak-tsir maalii wa waladii, wa baarik lii fiimaa a’thoitanii“ (Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri).”
Moga dengan lima do’a di atas, Allah menganugerahkan pada kita sekalian keturunan bagi yang belum dianugerahi dan dikaruniai anak-anak yang sholeh nan sholehah. Aamiin Yaa Samii’ud Du’aa’.

Referensi:
Fathul Qodir, Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir.
Fiqhud Du’aa’, Musthofa bin Al ‘Adawi, Maktabah Makkah, cetakan pertama, 1422 H.
Syarh Ad Du’a minal Kitab was Sunnah (Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni), Mahir bin ‘Abdul Humaid bin Muqoddam, soft file (.doc)
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ismail Ibnu Katsir, Muassasah Qurthubah.
Zaadul Masiir fi ‘Ilmi Tafsir, Ibnul Jauzi, terbitan Al Maktab Al Islami.

Senin, 23 Juli 2012

(¯`•.¸ღ Pemuda itu ternyata Suamiku Part 1 ღ¸.•´¯)


Bismillah..
Hari ini kubercerita tentang seorang Pemuda
Pemuda itu yang dulu hampir menabraku ketika agenda persiapan Muqoyyam dan Diksar sebuah lembaga.. “Afwan..afwan sekali ukh” dia pergi.. *itu pertama kali seingatku bertemu dengan pemuda itu

Pemuda itu yang dulu pernah bercerita padaku bahwa sebelum mengenalku dia bercerita “sebelum mengenalmu sayang ustadzku pernah berkata”akh..itu dia yg namanya Ukhti Nur Kaffah calon istri antum” ketika awal pertama ku mengenalmu dari sebuah Proposal cinta dari sang Murabbi” katanya sambil senyum.. :)

Pemuda itu yang dulu datang kerumah dengan memohon restu untuk menjalani kehidupan bersamaku dengan tenang dan berani mengahadapi sosok ayahku yang sedikit dingin dan dia mampu mempesona hati ayahku dengan penuh cinta

Pemuda itulah Imam pertama dalam sebuah bingkai rumah kecilku.. Selepas acara akad disaat begitu banyak handai taulan bergerumun mengucapkan selamat dan barakah namun dia malah mengucapkan maaf hanya untuk berjamaah pertama sholat dzuhur bersamaku.

Pemuda itu yang dulu selepas 3 hari acara akad terucap dan walimah janur kuning mulai terbentang masih sempat mengajak ku untuk mengikuti Aksi Peduli Palestine yg dimulai pukul 7.30 pagi sementara walimah dimulai jam 9 pagi. Subhanaa Allah ustadzpun berkata”subhanaa Allah..akh antum ini pengantin kok malah ikut aksi *sambil bergurau

Pemuda itu lah Sang Mujahid yang menanamkan benih pertama Generasi Qur’ani ini kedalam rahimku. Dengan penuh cinta ia begitu tenang ia menjaga diriku bahkan dikala penjagaanku sendiri terlalai padaku..

Pemuda itu adalah sosok Ayahku dikala sifat kanaku muncul, Pemuda itu abang ketika ku merasa dibimbing dengan cintanya 

Pemuda itu adalah Cintaku yang bersamanya membuatku selalu rindu 

Pemuda itulah yang mampu memberikan ketentraman dan kedamaian ketika bersamanya hingga kejiwaanku begitu terjaga ketika ketetapan tak begitu bisa ku terima dengan hati yang terbuka..Melepas benih kita yang sangat dinanti berkali-kali namun pergi bersama-NYA tapi engkau terus membesarkan hatiku untuk terus khusnudzon pada-NYA

Pemuda itu yang rela syahid pertama kali hanya untuk melindungi dan menyambung nyawaku berjuang meneruskan estafet da’wah nya.. Ya Rabb :’( aku tak kuat
Pemuda itu Dialah sosok ustadz penuh semngat, melihatnya jiwa bergelora menjadi semangat

Pemuda itulah yang sampai saat ini orang mengenalku dengan nama belakang yang kupakai darinya

Pemuda itulah yang mengasuh dan mendidik anak-anak syahidku di Jannah Cinta-NYA Allah menanti hadirku untuk berkumpul denganya..

Dialah Suamiku sepanjang hayat cinta ini yang tak akan pernah hilang dari benak ku sampai saat ini


Muhammad Zaiddul Ahkam (28 November 1984)


Meski adanya kehadiran yang lain namun kehadirnya bukan untuk mengantikanmu melainkan engkau hadir dalam wujud yang lain bernama Abduh Abdullah yang sekarang menitip benih Generasi Qurani dirahimku ini bernama Muhammad Kholidil Ahkam Putramu dan Putranya :)

Yaa Ayyuhannafsul muthmainnah..irji’ii ilaa robbiki roodiyatam mardiyyah Fad khulii fii ‘iibadii wad khulii jannatii
(Wahai Jiwa yang Tenang.. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. ) (Al Fajr 27-30)

Kumencintaimu karena ALLAH Selamanya sayangku

Istrimu
Nur Kaffah Ahkam

Rabu, 18 Juli 2012

Teruntuk Sahabat Fillah



Dear sahabatku da'wah fillah

Bismillah..
Lemahlah bagi yang ingin lemah, bagimu yang ingin pergi dari da'wah ini
silahkan jika kelak ahirnya kau hanya bisa menodai kemurnianya dan
biarlah aku yang kau tinggal hingga sampai tulang ini merapuh demi da'wah
jika kau lihat airmataku kering bak dimusim kemarau hal itu adalah biasa
mungkin kelak kau dapati jantungku tak lagi berdetak hanya demi da'wah
didepan matamu aku sudah kaku..
aku yang dulu sahabat juangmu hanya tinggal kenangan
memikirkan orang yang butuh untuk dijabat tangannya dalam sebuah ukhuwwah da'wah Rasulullah ini termasuk dirimu..

bukankah kau tak pernah memikirkan itu saudaraku
bukankah kau juga akan menutup mata dan telinga
tidak akan memperdulikannya kerna siapalah aku bagimu
Jika ia pergilah.. cinta ini masih ada untukmu walau akan ada pengganti yang lebih baik darimu yang akan di hadirkan Allah subhanahua ta'ala

jika dirimu tidak seperti itu.. Jabatlah tanganku dengan erat, dekaplah aku dalam ukhuwwahmu sungguh aku membutuhkanmu dalam perjuangan ini

saudarimu
Nur Kaffah

linkWith

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...